“SAKIT ITU NIKMAT”
Oleh : Muhammad Ihsan, S.Pd.I
Segala puji hanya milik-Mu Ya Allah atas segala limpahan rahmat dan ni’mat-Mu yang telah engkau anugrahkan kepada kami semua. Ya Allah ajarilah dan tunjukilah kami cara bersyukur kepad-Mu yang sebenarnya, dan ma’afkanlah kami atas segala kekhilafan kami dalam mengabdi kepada-Mu.
Salawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada suri tauladan kami Rasulullah shallahu ‘alai wasallam. Mudah-mudahan kami termasuk pengikut rasul-Mu yang setia mengikutinya sampai akhir hayat. Amin, amin ya rabbal ‘alamin.
“Sakit itu nikmat”, itulah kata-kata yang pernah diucapkan oleh orang-orang saleh, yang selalu bersyukur dan bersabar dalam miniti kehidupan di dunia ini. Kenapa bisa begitu?! Bukankah sakit itu berupa peringatan, ujian, cobaan atau bahkan azab dari ALLAH Subhanahu Wa Ta’ala?” “Apakah betul “Sakit itu nikmat?” Mungkin ini sebagian pertanyaan yang sempat muncul di benak kita ketika mendengar ucapan tersebut. dan inilah yang akan kita bahas pada buletin kita kali ini. Mudah-mudahan memberikan pencerahan bagi kita dan dapat diamalkan dalam kehidupan, karena pepatah arab mengatakan : ingatlah ilmu menuntut kita sebagaimana kita menuntutnya, ilmu itu menuntut kita agar mengamalkannya dengan begitulah terlihat keberkahannya.
Kami tegaskan lagi bahwa “Sakit itu memang nikmat”, tergantung dari sisi mana kita menilainya dan bagaimana menyikapinya. Pernyataan bahwa sakit itu berupa peringatan, ujian, cobaan, azab, dst…dst.., tidak kita katakan salah…tapi marilah kita coba lihat dari sudut pandang yang ’sedikit’ berbeda, dan kita sikapi dengan kacamata seorang mukmin.
Pertama :
Bagi sebagian orang, sakit itu berarti:
- Mengurangi jam kerja (tidak masuk kantor), otomatis selama sakit dia tidak perlu pusing memikirkan urusan pekerjaan yang selama ini memang dipikirkannya. Cukuplah dia ‘pusing’ memikirkan penyakitnya saja…dan usaha untuk sembuh. Jadi, Sakit itu NIKMAT, KARENA TIDAK PERLU MEMIKIRKAN URUSAN KANTOR.
Kedua :
- Sakit itu berarti mengingat mati. Dan bagi banyak orang, dengan mengingat mati, maka akan selalu berusaha mendekatkan diri kepada Sang Pencipta Allah Ta’ala. Dengan demikian, dia akan lebih banyak meluangkan waktunya dengan ALLAH Ta’ala, mengadu, berdoa, memohon pertolongan kepada ALLAH Ta’ala. Jadi, Sakit itu NIKMAT, karena KITA BISA LEBIH DEKAT DENGAN ALLAH Subhanahu Wa Ta’ala. Marilah kita tadabburi firman Allah Ta’ala berikut ini :
Artinya : Dan apabila kami memberikan nikmat kepada manusia(berupa kesehatan, kekayaan, kesenangan), ia berpaling dan menjauhkan diri (tidak taat kpd Allah); tetapi apabila ia ditimpa musibah(sakit, susah, ataupun masalah dlm hidup) Maka ia banyak berdoa.(Surat Fushshilat : 51)
Cobalah perhatikan kembali ayat tersebut, pasti nyata dalam kehidupan kita bahwa kita lebih dekat dengan Allah ketika sakit dan susah daripada kita sehat dan senang. Itulah memang sifat manusia pada asalnya, tentunya kita selaku yang mukmin hendaknya tetap dekat dengan Allah di setiap kondisi dan keadaan, ketika susah maupun senang, ketika sakit maupun sehat, ketiaka sedih maupun senang, ketika miskin maupun kaya.
Tahukan anda bahwa kesehatan, kesenangan, kekuasaan, dan kekayaan inilah sebenarnya yang menjadi pendorong Firaun untuk durhaka kepada Allah sampai-sampai ia berani mengatakan :
Firaun berkata:"Akulah Tuhanmu yang paling tinggi". (Surat An-Naazi’aat: 24). Tentunya kita semua tidak ingin seperti Firaun yang konon katanya tak pernah sakit, tapi akhirnya mati dalam kedurhakaan dan kemurkaan Allah Ta’ala. Na’uudzu billaahi min dzaalika.
Marilah kita renungkan juga hadits Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wasallam berikut :
« إذا رأيت الله – عز وجل – يعطي العبد من الدنيا على معاصيه ما يحب؛ فإنما هو استدراج » ثم تلا قوله – عز وجل: { فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى إِذَا فَرِحُوا بِمَا أُوتُوا أَخَذْنَاهُمْ بَغْتَةً فَإِذَا هُمْ مُبْلِسُونَ }{ فَقُطِعَ دَابِرُ الْقَوْمِ الَّذِينَ ظَلَمُوا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ } (الأنعام: 44 – 45) . أخرجه أحمد والطبراني.
Artinya : Rasulullah r bersabda : “ Jika kamu perhatikan bahwa Allah Azza Wajalla memberikan kepada hambanya kesenangan dunia yang dia cintai dan sukai, padahal dia sendiri selalu bermaksiat, ingkar kepada Allah, maka ketahuilah bahwa itu sebenarnya adalah istidroj “(penguluran waktu saja)” lalu beliau membaca Firman Allah : Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyongnya, Maka ketika itu mereka terdiam berputus asa. Maka orang-orang yang zalim itu dimusnahkan sampai ke akar-akarnya. segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. (H.R Ahmad dan Thabrani).
Ketiga :
- Jika ada seseorang sakit, maka dia akan:
== ditengok/dijenguk oleh orang lain. Jadi, Sakit itu NIKMAT, karena MEMPERERAT TALI SILATURAHIM.
== atau jika dia sakit, akan lebih dekat dengan keluarga (karena diurus). Jadi, Sakit itu NIKMAT, karena MERASAKAN KASIH SAYANG DARI KELUARGA YANG MASIH DIA MILIKI.
== begitu juga kalau dia sakit, banyak diberi makanan yang lebih bergizi dari biasanya. Jadi, Sakit itu NIKMAT, karena MENDAPATKAN GIZI YANG LEBIH.
Namun dari sekian banyak alasan yang kami sebutkan di atas, kami tersentuh dan merasa takjub ketika kami membaca sebuah kisah nyata tentang seorang perempuan tua yang buta. Dalam kisah tersebut, diceritakan seorang perempuan yang buta sejak kecil. Suatu ketika, teknologi sudah memungkinkan untuk melakukan operasi terhadap cacat mata yang dia derita sejak lahir. Ketika usulan operasi ini diajukan kepadanya, secara tegas dia menolak. Alasan yang dia berikan:”Biarlah saya buta, karena dengan kebutaan yang saya alami ini, saya jadi lebih dekat dengan ALLAH Subhanahu Wa Ta’ala serta bersyukur dengan apa yang telah saya dapat dan DIA berikan pada saya. Jika saya tidak lagi buta (karena dioperasi), bisa jadi saya malah akan jadi orang yang durhaka dan kufur nikmat-Nya. Bisa jadi saya akan melakukan banyak maksiat dengan mata baru saya. Jadi, biarkan saya buta….”
Subhanallah, Allahu Akbar, merinding rasanya saat kami membaca kisah tersebut. Sedemikian hebatnya cinta perempuan itu kepada Sang Khaliq, sehingga dia merasakan kebutaan itulah bukti cinta Allah kepada dirinya, dan dalam sakitnya itu ia temukan nikmat Allah atas dirinya. Jadi ia sangat merasakan bahwa sakit itu nikmat. Dan ini tidakkan mudah diucapkan kecuali bagi orang yang betul-betul beriman kepada takdir, yang selalu bersabar, selalu melihat buah yang akan dipetiknya dari Allah berupa pahala dari setiap cobaan yang ia hadapi. Semoga kita termasuk dari mereka amin ya rabbal ‘Aalamiin.
Dan kami juga jadi teringat dengan hadits Rasululloh Shallallohu ‘Alaihi Wa Sallam, beliau bersabda :
« عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ »
“Aku kagum terhadap urusan seorang yang mukmin, karena selalu ada kebaikan dalam setiap urusannya, semuanya baik tak ada yang buruk, dan memang ini khusus hanya untuknya. Jika ia mendapatkan kesenangan, ia bersyukur (kepada Allah) sehingga ia mendapatkan kebaikan. Jika ia ditimpa musibah, ia berserah diri (dan menjalankannya dengan sabar) ia pun mendapatkan kebaikan pula.” (HR Muslim).
Jadi hadits ini menjelaskan kepada kita beberapa hal yang sangat penting sekali yang harus senantiasa kita ingat dalam kehidupan kita :
1. Senang dan susah kedua-duanya bisa baik, sakit dan sehat kedua-duanya juga bisa baik tergantung bagaimana menyikapinya.
2. Sebaliknya senang dan susah kedua-keduanya bisa buruk, sakit dan sehat kedua-duanya juga bisa buruk kalau disikapi dengan buruk : tak bersyukur dan tak sabar.
3. Tak ada yang buruk bagi seorang mukmin, yang betul-betul beriman kepada Allah Azza Wa Jalla. Semua urusan dalam hidupnya baik.
4. Kebaikan dan keburukan itu tergantung dari sikap kita kepada Allah, yang baik harus disyukuri, dan yang buruk harus disikapi dengan sabar.
5. Jadi sakit itu sendiri bisa baik, dan tidak salah kalau kita katakan Sakit Itu Nikmat.
Tentunya, kita tidak berharap untuk sakit setelah membaca buletin ini, karena itu namanya “cari penyakit”. Sikap yang benar adalah kita harus berusaha tetap sehat, kalau pun sakit tidak mengapa, asal jangan penyakitan, atau asal jangan salah menyikapi dan menilainya.
Kita juga tegaskan bahwa sakit itu juga bukanlah suatu masalah, tapi yang masalah adalah tidak tahu apa sakit yang sebenarnya yang dibenci oleh Agama. Kalau kita sakit kepala, sakit gigi, sakit perut, kanker, jantung dan sebagainya, itu ya wajar-wajar saja dan tidak perlu terlalu khawatir dan dirisaukan, tapi yang perlu diperhatikan dan dikhawatirkan adalah sakit ruhani, seperti sakitnya adalah : malas solat, tak mau bersedekah dan berzakat, iri kepada orang lain, dengki, ria, syirik, ujub, sombong, jarang baca Al-Quran dan lain-lain, maka inilah penyakit yang sebenarnya yang harus dikhawatirkan, ditakuti, dihindari dan diobati secepatnya. Alasannya kenapa? karena kita tidak ditanya nanti di akhirat kenapa kamu sakit kanker, mengapa kamu sakit kepala atau yang lainnya, akan tetapi yang ditanya adalah kenapa kamu berbuat syirik, kenapa kamu dengki, sombong, malas sholat, malas baca Al-Quran, tak mau bersedekah, tak peduli dengan agama dan lain-lain. Itulah yang ditanya.
Jadi awas hati-hatilah sakit yang seperti ini karena obatnya tak ada tersedia di warung, tak dijual di supermarket bahkan yang ada adalah azab Allah yang menanti baik di dunia maupun di akhirat. Nas-alullaaha al’afwa fi addunya wa al-‘akhirah.
Kita katakan lagi : Sakit itu Nikmat, sakit bukanlah masalah, tapi yang menjadi masalah, kalau menambah masalah, maksudnya sudah sakit tak sabar pula, tak rela dengan ketentuan Allah, malah semakin sakit ruhani, mengucapkan kata-kata kufur, murka kepada ketentuan dan takdir Allah, yang seperti inilah sakit yang lebih parah, masalah yang lebih besar, super problem, mengapa? karena ia akan mendapatkan dua keburukan sekaligus : sakit yang ia derita dan murka Allah Ta’ala. Na’uudzu billlaahi min dzaalika.
Demikianlah risalah yang singkat ini, kita berdoa dan memohon kepada Allah dengan segala kerendahan hati, mudah-mudahan kita tidak sakit, selalu sehat, tentunya sehat rohani yang paling penting, kalaupun kita sakit marilah kita pandang dari sudut yang positif, kita sikapi dengan baik yaitu dengan selalu bersabar kepada Allah. Aamiin yaa rabbal ‘aalamiin.
Akhir kata kita haturkan kepada pembaca budiman kata-kata mutiara berikut :
Kata orang :
“Jika Cinta Sudah Melekat, Tahi Kucing Terasa Coklat”
Kata orang mukmin yang saleh:
“Jika Cinta Kepada Allah Sudah Melekat, Rasa Sakit Akan Terasa Nikmat”
“Jika iman sudah terikat, semua cobaan tak terasa berat”
